Sebelum kita masuk kepada pokok pembahasan,mari kita tenangkan dulu pikiran kita. Jaman sekarang bisa dikatakan jaman yang penuh dengan tantangan. Kenapa demikian???.... Bagaimana tidak, di zaman yang serba canggih...atau serba digital dan selalu dimanjakan. Banyak hal positif yang bisa didapatkan tetapi juga tidak lepas dari hal negatif. Positif dari digitaldiataranya mudahnya akses internet dan info dari manapun mudah didapatkan, contohnya saja materi pembelajaran. Terbalikdari haldemikian jugaada dampak negatif diantaranya informasi yang menyesatkan, berbau pornografi dan sebagainya, jadi sebagai pengguna teknologi canggih haruslah bijaksana dalam pemanfaatannya.
Kemuadahan-kemuadahan yang bisa dirasakan bagi seorang pelajar adalah mudah menakses materi pembelajaran, sehingga pelajar tidak perlu kesana-kemari membawa buku yang tebal dan berat, tetapi merekabisa menggunakan alat digital dan internet. Namun untuk menjadi cerdas tentu harus tetap belajar dan memahami,artinya dari manapun sumber informasi yang di dapat harus dipelajari. Berikut contoh makalah yang berisikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang keterampilan membaca.
MAKALAH BAHASA INDONESIA
“KETERAMPILAN MEMBACA”
Oleh
DARA THALIA SEPTIANINGRUM
SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN FARMASI INTAN BARA HUSADA
KABUPATEN TANAH LAUT
KECAMATAN PELAIHARI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
NOVEMBER 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia tidak
lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita semua dapat
berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan berkomunikasi
yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan
masyarakat.Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu
keterampila berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi. Maka salah satu
aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara, sebab
keterampilan berbicara menunjang ketearampilan lainnya (Tarigan 1986:86).
Keterampilan
berbahasa merupakan modal utama dalam komunikasi yang terdiri dari 4 aspek
yaitu: menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.Keterampilan ini bukanlah suatu
jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada
dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan
akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk
mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang
mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah
dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan
menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan
produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam
berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di
lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik.Oleh
sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin.
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga
diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun
profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan
interaksi sosial antarindividu.
Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk
membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut
memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang
lain.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar
juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran
keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan
berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan
terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat
yang ada dala latar maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa rumusan masalah yang
dapat diambil adalah:
a)
Apakah yang
dimaksud berbicara?
b)
Apa sajakah
tujuan berbicara?
c)
Apa sajakah
faktor penunjang kegiatan berbicara?
d)
Apa sajakah
faktor penghambat kegiatan berbiara?
1.3 Tujuan
Masalah
Tujuan dari makalah ini adalah:
a) Untuk
mengetahui apa yang dimaksud berbicara
b) Untuk
mengetahui apa tujuan berbicara
c) Untuk
mengetahui apa faktor penunjang kegiatan
berbicara
d) Untuk
mengetahui apa faktor penghambat kegiatan berbicara
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari makalah ini
adalah:
a) Untuk
menyelesaikan tugas individu mata pelajaran Bahasa Indonesia
b)
Sebagai bahan
ajar bagi para pembaca
c)
Sebagai bahan
referensi
1.5 Metode
Penulisan
Dalam penulisan
karya tulis ini penulis menggunakan metode pustaka dan metode googling, dimana
penulis mencari materi materi yang ada pada karya tulis ini dengan bantuan
internet dan referensi beberapa buku Bahasa Indonesia yang ada di perpustakaan
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya,
apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat
dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah
tidak. Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia
belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara
diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta
perasaan (Tarigan, 1983:14).
Dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang
kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia
demi maksud dan tujuan gagasan atau ideide yang dikombinasikan. Berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk
mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
2.2 Tujuan Berbicara
Berbicara
merupakan sarana kita berkomunikasi satu sama lain, sebelum menjelasakan tujuan
berbicara alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu fungsi
bahasa, fungsi bahasa yang kita tahu sangat banyak sekali, diantaranya:
a)
Bahasa sebagai sarana komunikasi, yaitu kita tahu bahwa
bahasa merupakan sarana kita untuk
melakukan komunikasi satu sama lain.
b)
Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi, yaitu
dengan bahasa orang
dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu
ikatan, misalnya pekerjaan, integritas kerja suatu instansi atau karyawan.
c)
Bahasa sebagai sarana kontrol sosial, yaitu
bahasaberfungsi untuk
mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam omunikasi dapat
saling memahami.
d)
Bahasa sebagai sarana memahami dri, yaitu bahasa dalam
membangun
karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi
dirinya sendiri.
e)
Bahasa sebagai sarana ekspresi diri, yaitu yaitu bahasa
dapat digunakan
untuk mengekspresikan diri misalnya menyatakan cinta
f)
Bahasa sebagai sarana memahami orang lain, yaitu untuk
menjamin
efektivitas komunkasi.
Dan masih banyak lagi fungsi bahasa bagi kita dalam kehidupan sehari-hari,
selanjutnya bahasa yang memiliki fungsi yang banyak itu tak dapat lepas dari
tujuan berbicara itu sendiri sebagai aplikasi dalam berbahasa, tujuan berbicara
Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas
lima golongan yaitu :
1) menghibur,
2) menginformasikan,
3) menstimulasi,
4) meyakinkan, dan
5) menggerakkan.
2.3 Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Faktor
penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi
:
a) Ketepatan ucapan,
b) Penempatan tekanan nada, sendi atau
durasi yang sesuai,
c) Pilihan kata,
d) Ketepatan penggunaan kalimat
serta tata bahasanya,
e) Ketepatan sasaran pembicaraan.
f) Sedangkan faktor
nonkebahasaan, meliputi
g) Sikap yang wajar, tenang dan tidak
kaku,
h) Pendangan harus diarahkan ke lawan
bicara,
i)
Kesediaan menghargai orang lain,
j)
Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
k) Kenyaringan suara,
l)
Kelancaran,
m) Relevansi, penalaran,
n) Penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara
adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).
2.4 Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
Ada
kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang
diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara.
Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada
pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal
dari luar partisipan.
2) Faktor media, yaitu faktor
linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,
irama, tekanan, ucapan, isyarat
gerak bagian tubuh, dan
3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan
partisipan komunikasi, misalnya dalam
keadaan marah, menangis, dan sakit.
2.5 Jenis-jenis Berbicara
Pengklasifikasian berbicara beraneka ragam sesuai dengan
landasan atau sudut pandang yang dipedomani. Ada beberapa landasan yang dapat
dipedomani untuk mengklasifikasikan keterampilan berbicara, yakni :
1) Situasi
2) Tujuan
3) Metode penyampaian
4) Jumlah penyimak
5) Peristiwa khusus
Aktivitas
berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan lingkungan
tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal (resmi). Didalam
situasi formal, pembicara di tuntut untuk berbicara secara formal. Sedangkan
situasi informal menghendaki pembicara berbicara secara tak resmi.
Menurut
Logan, dkk. (1972:116), kegiatan berbicara formal mencakupi
a) Ceramah
b) Perencanaan dan penilaian
c) Interview
d) Prosedur parlementer, dan
e) Bercerita
Selanjutnya
Logan, dkk (1972:108) membedakan kegiatan berbicara informal diatas
a) Tukar pengalaman
b) Percakapan
c) Penyampaian berita
d) Penyampaian pengumuman
e) Bertelepon
f) Pemberian petunjuk
2.6
Konsep Dasar Berbicara
Konsep
dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembil;an hal, sebagai berikut
:Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resikvokal, maksudnya
kedua kegiatan ini berbeda tetapi berkaitan erat tak
terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang, yang satu sebagai kegiatan berbicara
dan yang lainnya merupakan kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak
saling mengisi, saling melengkapi dan saling berganti. Pada satu saat pembicara
beralih peran menjadi penyimak demikianpula ada kalnya penyimakberperan sebagai
pembicara. Tidak ada artinya seorang pembicara tanpa pinyimak atau seorang
penyimak tanpa pembicara.
a)
Berbicara adalah prosesindividu berkomunikasi, maksudnya
berbicara digunakan sebagai sarana mengontrol lingkungan
b)
Berbicara ekspresif yang kretif, artinya berbicara tidak
sekedar alat mengkomunikasikan ide, tetapi juga sebagai alat utama untuk
menciptakan dan memformulasikan ide baru atau memanifestasikan kepribadian
seseorang
c)
Berbicara adalah
tingkah laku, maksudnya berbicara mampu mencerminkan (merefleksikan)
kepribadian seseorang berbicara dapat direkam kepribadiannya secar umum
d)
Berbicara di simulasi oleh pengalaman, artinya kemampuan
seseorang berbicar dipenuhi oleh kualitas dan kuantitas pengalaman yang
dimilikinya. Semakin kaya pengalaman seseorangbiasanya akan semakin baik pula
keterampilan berbicaranya. Sebaliknya orang yan miskin pengetahuan dan
pengalamn akan mengalami kesukaran berbicara.
e)
Berbicara untuk memperluas cakrawala, maksudnya selain untuk
mengekspresikan ide, perasaan dan imajinasi, beribicara dapat pula digunakan
untuk menambah pengetahuan dan menambah cakrawala pengalamna seseorang.
f)
Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,
maksudnya lingkungan yang konduktif memberi peluang dan kesempatan pada anak
untuk dilatih berbicara akan sangatmendukung keterampilan berbicara (kemampuan
linguistik) anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif tidak memberikan
kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk berlatih berbicara akan mengakibatkan
anak menjadi pemalu, kaku dan kurang mampu mengekspresikan diri secara lisan.
g)
Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk
mengidentifikasikan kepribadian sesorangdapat digunakan berbagai cara, satu
diantaranya adalah berbicara. Kualitas setara, tinggi rendah, nada, dan
kecepatan suara dapat di jadikan indikator keadaan emosional seseorang.
Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian seseorang dapat di ketahui
melalui cara bicaranya.
2.7
Kecemasan Berbicara
Kecemasan berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang yang telah dipengaarui rasa
cemas karena khawatir, takut dan gelisah. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya
“Retorika Modern” mengatakan bahwa, banyak istilah digunakan untuk menamai
gejala kecemasan berkomunikasi, yaitu demam panggung (stage fright), kecemasan
berbiccara (speech anviety), atau yang lebih umum stress kerja (performance
stress) (Rakhmat, 1994: 65).
Kecemasan berbicara di depan umum berdasarkan beberapa penelitian banya
dialami oleh mahasiswa, terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang datang ke sub
unit layanan bimbingan konseling dengan keluhan kecemasan berbicara di depan
umum (Salim. 2004). Tidak hanya terjadi di Indonesia, amerika bahkan
menggolongkan kecemasan berbicara didepan umum sebagai kecemasan
terbesar.Kecemasan ini menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap berbagai
aspek kehidupan, salah satunya aspek akademis. Penanganan kecemasan antara satu
individu dengan individu lainnya dapat berbeda tergantung pada penilaian
pribadi individu terhadap kemampuannya yang disebut self efficacy (Safarino).
Self efficacy akan mempengaruhi cara individu yang bereaksi terhadap
situasi yang menekan (Bandura, 1997). Yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana tingkat self efficacy, kecemasan berbicara di
depan umum mahasiswa PAI dan adakah hubungan self efficacy dengan kecemasan
berbicara di depan umum mahasiswa PAI. Sehingga tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat self efficacy, kecemasan berbicara di depan
umum dan ada tidaknya hubungan antara self efficacy dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa PAI.
Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan self efficacy sebagai
variable bebasa dan kecemasan berbicara sebagai variable terikat. Teknik
korelasi Product Moment digunakan untuk menguji hubungan negatif anatar tingkat
self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum. Kemudian
mengkategorisasikan tingkat self efficacy dan kecemasan berbicara di depan umum
dengan menentukan mean dan standart deviasi telebih dahulu, kemudian dilakukan
analisis prosentase. Subyek penelitian adalah mahasiswa PAI angkatan 2008-2010
UIN MMI Malang yang berjumlah 804, dan diambil sampel sebesar 10% yaitu
80 mahasiswa dengan menggunakan tekknik sampel bertujuan penelitian ini
menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu skala self efficacy dan
skala kecemasan berbicara di depan umum yang disusun sendiri oleh peneliti
dalam bentuk skala likert yang berjumlah 30 aitem berdasarkan aspek-aspek self
efficacy bandura dan komponen kecemasan berbicara di depan umum yang berjumlah
30 aitem pula didasarkan pada teori Atkinson dkk. Hasil penelitian menunujukkan
sejumlah 55% atau 44 mahasiswa memiliki self efficacy pada kategori tinggi, 45%
atau 36 sedang dan 0% rendah. Kemudian terdapat 55% atau 44 mahasiswa memiliki
kecemasan berbicara kategori sedang, 36, 25% atau 29 tinggi dan 8, 75% atau 7
kategori rendah. Berdasarkan hasil analisa Product Moment ditemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di
depan umum dengan r = -.610 p=.000, artinya semakin tinggi tingkat self
efficacy mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di
depan umum, dan sebaliknya semakin rendah self efficacy mahasiswa maka makin
tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada
penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau
tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap
tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang
serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan
gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.
· Tujuan
berbicara dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
1) menghibur,
2) menginformasikan,
3) menstimulasi,
4) meyakinkan, dan
5) menggerakkan.
3.2
Saran
Dalam
kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan saran yang sekiranya dapat
memberikan manfaat. Karena
berbicara sangat penting dalam berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa
dalam berbicara kita dapat kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan dengan baik.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi. 1997.
Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP Yogyakarta.
Haryadi dan Zamzani.1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Muchlisoh, dkk.1996.
Pendidikan Bahasa Indonesia 3 Modul 1-9.
Jakarta:Depdikbud.
Supriyadi, dkk.
2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1986.
Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago.1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara.
Jakarta:Depdikbud..