Belajar Itu Asik

Belajar Itu Asik
Aku Senang Belajar

Wednesday, November 8, 2017

Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda

Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda

Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Lambang-lambang ujaran ini di dalam bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara

seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambanglambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.
Fonem  vokal di dalam bahasa Indonesia secara umum dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran walaupun penulisannya hanya lima ( a, i , u, e, o ). Misalnya,  fonem   / a /  dilafalkan  [ a ] fonem  / i /  dilafalkan  [ i ] fonem  / u /  dilafalkan  [u ]
 fonem  / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] ,  [ É™ ]  atau e lemah, dan  [ε] atau e lebar.
Contoh pemakaian katanya;
lafal [ e ] pada kata < sate > lafal [ə ] pada kata < pəsan > lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >
            fonem  / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [  ] atau o bundar.
Contoh pemakaian katanya:
 lafal [ o ] pada kata [ orang ]  lafal [  ] pada kata [ p h n ], saat mengucapkannya bibir lebih maju dan bundar.
Variasi lafal fonerm / e / dan / o / ini memang tak begitu dirasakan, cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-kata tertentu yang termasuk jenis homonim.
Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk
dihilangkan sehingga saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan diwarnai oleh unsur bahasa daerahnya.  Contoh: kata <apa> diucapkan oleh orang Betawi menjadi <ape>, <p h n> diucapkan <pu’un>. Pada bahasa  Tapanuli (Batak), pengucapan e  umumnya menjadi ε, seperti kata <benar> menjadi <bεnar>, atau pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t   dan  d terasa kental sekali, misalnya ucapan kata teman seperti terdengar deman, di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf  b  sering diiringi dengan bunyi /m / misalnya, <Bali> menjadi [mBali], <besok> menjadi {mbesok]  dan sebagainya.
Selain itu pelafalan kata juga dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Perhatikan contoh di bawah ini.
telur     
--------   
telor
kursi    
--------   
korsi
lubang  
--------   
lobang
kantung              --------              kantng
senin      
--------     sÉ™nεn
rabu                    --------     reb
kamis    
--------     kemis
kerbau  
--------     kebo, dan lain sebagainya.
Menurut EYD, huruf vokal dan konsonan didaftarkan dalam urutan abjad, dari a sampai z dengan lafal atau pengucapannya. Secara umum setiap pelajar dapat melafalkan abjad dengan benar, namun ada pelafalan beberapa huruf yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena sering dipengaruhi oleh lafal bahasa asing atau bahasa Inggris.
Contoh: 
                -- huruf  c   dilafalkan  ce  bukan se,
                -- huruf   g  dilafalkan ge   bukan  ji
                -- huruf   q  dilafalkan  ki   bukan  kyu
                -- huruf   v  dilafalkan  fe   bukan  fi

-- huruf   x  dilafalkan  eks bukan ek

                -- huruf   y  dilafalkan  ye   bukan  ey
      
Jadi :   
Pengucapan   MTQ  adalah [em te ki]   bukan  [em te kyu]
             
Pengucapan     TV    adalah [te fe]            bukan  [ti fi]
             
Pengucapan     exit    adalah [eksit]        bukan  [ekit]
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan  w  atau  y  yang disebut dengan diftong.
Contoh:
1.         Gabungan vokal  /ai/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [ay] pada  kata:
-             sungai   menjadi        sungay
-             gulai    menjadi          gulay
-             pantai menjadi           pantay
2.         Gabungan vokal  /au/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [aw]  pada kata :
-             harimau          menjadi          harimaw
-             limau               menjadi          limaw
-             kalau               menjadi          kalaw
3.         Gabungan vokal   / oi /  menimbulkan bunyi konsonan luncuran [oy]  pada kata :
-             koboi   menjadi          koboy
-             amboi menjadi          amboy
-             sepoi    menjadi          sepoy
  


Tetapi, ada kata-kata yang  menggunakan unsur gabungan tersebut di atas tetap dibaca sesuai lafal kedua vokalnya.
Contoh: 
-
dinamai  tetap dibaca [dinamai]
                          
-
bermain  tetap dibaca [bermain]
                            
-
mau  tetap dibaca  [mau]
                          
-
daun tetap dibaca [daun]
                            
-
koin  tetap dibaca  [koin]
                            
-
heroin  tetap dibaca [heroin]

Ada juga dalam tata bahasa Indonesia, gabungan konsonan yang dilafalkan dengan satu bunyi, seperti fonem /kh/, / sy/, ny/, /ng/ dan /nk/. Meskipun ditulis dengan dua huruf, tetapi dilafalkan satu bunyi, contoh:
khusus ,           syarat, nyanyi,            hangus,           bank.
Lafal dan fonem merupakan  unsur segmental di dalam bahasa  Indonesia. Selain unsur ini, ada pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan, intonasi, dan jeda. Tekanan adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pengkhususan dalam pelafalan sebuah suku kata atau kata. Tekanan adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau keras lembutnya suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah kata yang dipentingkan.
Tekanan dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna seperti pada bahasa Batak Toba /bóntar/ artinya putih, dan /bentár/ artinya darah. Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau frasa yang ditonjolkan atau dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi pendengar. Tekanan tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud

pembicara. Biasanya tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa lisan.

Contoh penggunaan pola tekanan:
1.         Adi membeli novel di toko buku.
    ( yang membeli novel Adi, bukan orang lain )
2.         Adi membeli novel di toko buku.         ( Adi membeli novel, bukan membaca )
3.         Adi membeli novel di toko buku.
    ( yang dibeli Adi novel bukan alat tulis )
4.         Adi membeli novel di toko buku.
    ( Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar )
Ciri suprasegmental lainnya adalah intonasi. Int
onasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan titinada paling tinggi. Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.
Contoh:
-             Mereka sudah pergi.
-             Mereka sudah pergi?  Kapan?
 

Berbicara tentang intonasi  berarti berbicara juga tentang jeda. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat  ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan. Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--].  Jeda juga dapat memengaruhi pengertian atau makna kalimat.

No comments:

Post a Comment