PENINGKATAN
MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA BANGUN RUANG DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KELAS VIII SEMESTER II TAHUN
AJARAN 2011/ 2012
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Matematika
sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan
formal yang memegang peran penting. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui
abstrak, idealisasi, atau generalisasi untuk menjadi suatu studi ataupun
pemecahan masalah.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran disekolah usaha untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa banyak mengalami kendala dan hambatan. Lebih- lebih pada
mata pelajaran matematika yang menuntut begitu banyak pencapaian konsep
sehingga mengakibatkan motivasi belajar kurang baik. Motivasi belajar
dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu kemampuan yang berasal dari siswa,yang meliputi
kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan emosi. Sedangkan faktor eksternal
berasal dari luar, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Diantara ketiga lingkungan itu yang palingberpengaruh adalah
lingkungan sekolah seperti guru, sarana belajar dan teman- teman
sekelas.
Guru
merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan siswa. Sehingga dalam
memberikan evaluasi diharapkan lebih akurat, objektif, dan
mengoptimalkan pembelajaran. Masalah yang dihadapi misalnya masalah
kepribadian guru dan kompetensi, kecakapan mengajar, yang antara lain
mencakup ketepatan pemilihan metode pendekatan, motivasi, improvisasi,
serta evaluasi.
Sampai saat
ini banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar matematika. Hal
ini disebabkan karena banyaknya anggapan bahwa matematika sulit. Dengan
anggapan itu akhirnya berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Orang tua
juga merupakan pihak yang berperan utama dalam penanganan anak. Sebab
interaksi anak dengan orang tua tetap lebih besar porsinya dibanding
dengan interaksi guru dengan anak di sekolah. Orang tua harus mampu
menciptakan kondisi dan menyediakan sarana yang menunjang proses belajar
anak.
Dengan
demikian dapat diungkapkan bahwa guru menentukan keberhasilan belajar
siswa. Kemampuan guru dalam melaksanakan poses belajar mengajar sangat
bepengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa. Biasanya guru menggunakan
model pembelajaran konvensional dan metode ceramah sebagai cara untuk
menyampaikan materi pelajaran. Melalui model pembelajaran konvesioanal
dan metode ceramah, siswa akan lebih banyak pengetahuan, namun
pengetahuan itu hanya diterima dari informasi guru, akibatnya
pembelajaran menjadi kurang bermakna karena ilmu pengetahuan yang
didapat oleh siswa mudah terlupakan.
Didalam
proses belajar mengajar, guru harus memiki strategi agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu, guru harus
menguasi teknik- teknik penyajian, atau biasanya disebut metode
mengajar. Setiap materi yang akan disampaikan harus menggunakan metode
yang tepat, karena dengan metode belajar yang berbeda akan mempengaruhi
siswa dalam menerima pelajaran, terutama pelajaran matematika.
Berdasarkan
hasil wawancara pada tanggal 20 April 2011 dengan Ibu Endang Wismiyati,
S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di kelas VIII A SMP N 2
Kartasura, masih banyak siswa yang mendapat nilai rendah pada ulangan
matematika, khususnya pada materi pokok bangun ruang, yaitu hanya
sekitar 60 % siswa yang dapat mencapai ketuntasan klasikal. Hal ini
terjadi karena beberapa faktor, antara lain: siswa merasa kesulitan
dalam memahami konsep matematika, siswa kurang termotivasi untuk belajar
matematika, dan siswa cenderung bersifat pasif dan kurang bisa bekerja
dalam kelompok.
Dari uraian
di atas maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
motivasi balajar siswa adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu
guru untuk mengaitkan antara materi ajar denggan situasi dunia nyata
siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dari konsepsi ini diharapkan hasil
belajar akan bermakna. Proses pembelajaran akan berlangsung secara
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar
transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Melalui
pendekatan kontekstual tersebut diharapkan siswa mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dan bagaiman mencapai. Diharapkan yang
dipelajari siswa berguna bagi hidupnya. Dengan demikian siswa akan
memposisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya
nanti.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Adakah peningkatan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di
SMP N 2 Kartasura Kelas VIII Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 melalui
pendekatan kontekstual?
b. Apakah melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada bangun ruang di SMP N 2 Kartasura Kelas VIII
Semester II Tahun Ajaran 2011/2012?
3. Tujuan Penelitian
Melakukan
penelitian perlu adanya tujuan agar penelitian tersebut lebih terarah.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Ada peningkatan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di SMP
N 2 Kartasura Kelas VIII Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 melalui
pendekatan kontekstual.
b. Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa pada bangun ruang di SMP N 2 Kartasura Kelas VIII Semester
II Tahun Ajaran 2011/2012.
4. Manfaat penelitian
Review ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.
a. Manfaat teoritis
Peneltian
ini dapat memberikan sumbangan terhadap pembelajar matematika terutama
untuk Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual
Pada Bangun Ruang di SMP N 2 Kartasura Kelas VIII Semester II Tahun
Ajaran 2011/2012.
b. Manfaat praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain:
1) Memberi
sumbangan bagi guru matematika dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika untuk meningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui
Pendekatan Kontekstual Pada Bangun Ruang VIII Semester II Tahun.
2) Memberi
masukan bagi siswa bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada bangun ruang Kelas VIII
semester II.
3) Bagi
sekolah, penelitian ini diharapkan memberi informasi dan masukan dalam
menggunakan model pembelajaran kontekstual yang mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
4) Bagi
peneliti, penelitian ini untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
matematika melalui pendekatan kontekstual sehingga mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa pada bangun ruang. Selain itu sebagai wahana uji
kemampuan terhadap bekal teori yang diterima di bangku kuliah.
5) Bagi
peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
perbandingan atau sebagai referensi untuk penelitian yang relevan.
5. Definisi Istilah
Definisi
masalah judul penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas terhadap objek pilihan penelitian dan untuk menghindari
penafsiran yang salah mengenai judul penelitian ini, maka diperlukan
gambaran atau batasan – batasan sebagai berikut :
a. Motivasi belajar siswa
Motivasi
belajar adalah “pendorong” suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi
tngkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk belajar sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi
bagi seseorang guru adalah untuk menggerakkan atau memicu para siswanya
agar timbul keinginan dan kemajuan untuk meningkatkan prestasi
belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
b. Pendekatan kontekstual
Pendekatan
kontekstual merupakan suatu pendekatan baru dalam belajar pendekatan
kontekstual adalah konsep belajar membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sagala,
2006: 87).
B. LANDASAN TEORI
1. Kajian Teori
a. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika
1) Hakekat Matematika
Menurut
johson dan myklebust dalam Abdurrahman (2003: 252) matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedang fungsi teoritisnya
adalah untuk memudahkan berfikir.
Matematika
memiliki sebuah sistem bahasa sendiri yang ditunjukkan dengan bentuk dan
simbol. Hal ini secara esensial berkaitan dengan representasi hubungan
di dalam dunia dan memanipulasi mereka. Pentingnya matematika tidak
terlepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan (Craft,
2003: 120).
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
matematika adalah alat yang dapat membantu memecahkan permasalahan
(perdagangan, industri, teknologi).
2) Hakekat Belajar
Belajar
adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2010: 2).
Belajar
adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan
terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam periode waktu cukup
panjang. Perubahan ini disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi,
ketajaman perhatian, biasanya hanya berlangsung sementara. Tingkah laku
yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian
pemecahan masalah, keterampilan, kecakapan, atau kebiasaan ataupun
sikap (Purwanto, 2006:85).
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang melalui beberapa
tahap untuk menjadi yang lebih baik.
3) Konsep Motivasi Belajar Siswa
Motivasi
adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2008:
1).
Menurut Mc.
Donald dalam Hamalik (2008; 158) motivasi adalah perubahan energi dalam
diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
motivasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
b. Strategi Pembelajaran Kontekstual
1) Hakikat pembelajaran
Akhmad
Sudrajat (2008:1) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pembelajaran
atau pengajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134- 135) adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapa
hasil pembelajaran yang memliki hakikat perencanaan atau perancangan
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpilan bahwa pembelajaran
merupakan suatu interaksi peserta didik dengan pendidik dengan
menggunakan media pembelajaran.
2) Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002: 1).
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar langkahnya adalah berikut ini:
a) Konstruktivisme (constructivism)
b) Menemukan ( inkuiry )
c) Bertanya ( questioning )
d) Masyarakat belajar ( learning community)
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f) Refleksi ( reflection )
g) Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment )
c. Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bangun Ruang
Langkah- langkah pendekatan kontekstual pada bangun ruang, yaitu:
1) Peserta didik memberikan contoh benda- benda di sekitarnya yang berbentuk tabung dan kerucut.
a) Contoh yang berbentuk tabung adalah drum minyak, celengan.
b) Contoh yang berbentuk kerucut nasi tumpeng, topi ulang tahun.
2) Peserta didik menyimpulkan pengertian tabung dan kerucut dari contoh yang disebutkan.
a) Tabung
adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua lingkaran kongruen yang
berhadapan sejajar, dan titik pada kedua lingkaran yang bersesuaian
saling dihubungkan dengan garis lurus. Terdiri dari sisi bawah (alas),
sisi atas (tutup), selimut. Alas dan tutup berbentuk lingkaran yang
kongruen, sedangkan selimut berbentuk persegi panjang.
b) Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang lengkung dan bidang dasar yang berbentuk lingkaran.
3) Peserta didik secara berkelompok membahas konsep bangun ruang sisi lengkung (Luas Permukaan Kerucut dan Tabung)
a) Tabung
panjang selimut tabung = keliling lingkaran
= 2π r
lebar selimut tabung = tinggi tabung
luas selimut tabung = luas persegi panjang
= p x l
= (2π r )× t
= 2π rt
Luas lingkaran = π r 2
Jadi Luas seluruh permukaan tabung dapat di peroleh
= Luas sisi alas + luas sisi atas + luas selimut
=π r 2 + π r 2 + 2π rt
= 2 (π r 2 ) + 2π rt
= 2 π r ( r + t )
b) Kerucut
Luas Permukaan Kerucut
Luas sisi kerucut = Luas Selimut + Luas Alas
= π r 2 + π rs
= π r ( r + s )
4) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
5) Peserta didik diberi evaluasi pada pertemuan terakhir oleh guru.
6) Peserta didik diberi penilaian oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Kajian Pustaka
Hasil
penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil- hasil
penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Sebagai perbandingan dalam penelitian
ini, peneliti akan menguraikan hasil- hasil penelitian terdahulu.
Juter (
2005) menyatakan bahwa hasil penelitiannya untuk sebagian besar siswa,
matematika dianggap pelajaran yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah, mengingat rumusnya, dan menimbulkan ide- ide baru. Kepercayaan
diri siswa dapat menimbulkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
matematika.
Widiastuti
(2006) menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dipengaruhi pemahaman
konsep siswa dalam menerima materi ajar. Kecenderungan proses
pembelajaran yang masih rendah dikarenakan masih diterapkannya
pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa dalam menerima materi ajar dapat dilakukan melalui
pendekatan kontekstual.
Berdasar
pada hasil-hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dapat dilakukan dengan beberapa tindakan dan metode yang berbeda
sesuai dengan kondisi dan situasi siswa. Melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran matematika dan mengkaitkan persoalan
matematika dengan hal-hal yang konkret sangat penting karena kita tahu
bahwa konsep dalam matematika itu abstrak, sedangkan siswa pada umumnya
berfikir dari ha-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak.
3. Kerangka Berpikir
Pada kondisi
awal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura mempunyai motivasi belajar
metematika yang rendah. Hal ini dikarenakan guru masih kurang optimal
memanfaatkan strategi pembelajaran. Pemilihan strategi yang tepat dapat
meningkatkan motivasi belajar matematika.
Salah satu
pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika
adalah strategi pembelajaran kontekstual. Prosedur strategi pembelajaran
kontekstual adalah 1) Konstruktivisme (constructivism), 2) Menemukan
(inquiry), 3) Bertanya (questioning), 4) Masyarakat belajar (learning
community) 5) menghadirkan ‘model sebagai contoh pembelajaran. 6)
Refleksi (reflection), 7) Penilaian yang sebenarnya (authentic
assesment).
Kondisi
akhir yang diharapkan dengan penggunaan strategi pembelajaran
kontekstual dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi
belajar matematika, sehingga siswa akan memenuhi prestasi belajar yang
memuaskan.
4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran tersebut di atas
dapat dirumuskan hipotesis tindakan “Melalui strategi pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar matematika bagi siswa
kelas VIII semester II SMP Negeri 2 Kartasura tahun 2011/2012.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research
(CAR). PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas di
sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praktis pembelajaran (Arikunto Suharsimi, 2006 :
96).
Penelitian
ini dilakukan melalui proses kolaborasi antara guru matematika, kepala
sekolah dan peneliti. PTK merupakan kegiatan pemecahan masalah yang
bercirikan siklik dan reflektif yang dimulai dari 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action), 3) mengumpulkan data (observing), dan 4) menganalisis data atau informasi untuk memusatkan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut.
2. Tempat dan Waktu Penelitan
a. Tempat penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kartasura yang beralamatkan di
Pabelan Kartasura Sukoharjo. Peneliti mengadakan penelitian di SMP
Negeri 2 Kartasura dengan pertimbangan bahwa sekolah ini belum pernah
dilakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/2012. Adapun rincian waktu penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian
No | Kegiatan | Februari | Maret | April | Mei | juni | |||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | ||
1. | Perencanaan | ||||||||||||||||||
2. | Pelaksanaan | ||||||||||||||||||
3. | Analisis Data | ||||||||||||||||||
4. | Pelaporan |
3. Subjek Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti adalah guru matematika yang bertindak sebagai
subyek yang memberikan tindakan. Seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2
Kartasura tahu ajaran 2011/ 2012 sebagai subjek penelitian yang
menerima tindakan. Peneliti dibantu mitra guru matematika sebagai
observer.
4. Rancangan Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif,
yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, kondisional dan
kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul. Siklus penelitian
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Siklus Penelitian ( Sutama, 2000: 92)
|
Tindakan II
|
Observasi Tindakan II
|
Refleksi II
|
Pengertian dan Pemahaman
|
Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu
tahapan yang direncanakan
|
Dialog Awal
|
Perencanaan
|
Tindakan I
|
Observasi Tindakan I
|
Evaluasi
|
Refleksi I
|
Pengertian dan Pemahaman
|
Perencanaan Revisi
|
Evaluasi
|
Penelitian tindakan kelas ini akan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Dialog awal
Suatu
pertemuan antara peneliti dan guru matematika bersama- sma melakukan
pegenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas masalah dan cara- cara
peningkatan motivasi belajar matematika.
Dialog
membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan
dan dikembangkan sehingga diperoleh kesepakatan untuk memecahkan masalah
peningkatan motivasi belajar matematika melalui strategi pembelajaran
kontekstual.
2. Perencanaan Tindakan kelas
Hasil dari
dialog awal yang telah diputuskan dan dsepakati bersama diharapkan
membawa kesadaran pentingnya peningkatan motivasi belajar matematika di
SMP Negeri 2 Kartasura, selanjutnya disusun langkah- langkah persiapan
tindakan pembelajaran yang terdiri:
1) Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika
2) Identifikasi masalah dan penyebabnya
3) Perencanaan Solusi Masalah
3. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan
dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan itu tidak mutlak
dikendalikan oleh rencana. Tindakan yang diputuskan mengandung resiko
karena terjadi dalam situasi nyata. Oleh karena itu, rencana tindakan
harus bersifat sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan
keadaan yang ada sebagai upaya perbaikan.
4. Observasi dan Montoring
Observasi
dan monitoring dilakukan dengan mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Pada waktu
observasi dilakukan, observer mengamati proses pembelajaran dan
menyimpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada guru, siswa
maupun situasi kelas.
Observasi
ini dilakukan peneliti dengan berbekal pedoman observasi dan kegiatan
lapangan. Peneliti mencatat semua kegiatan guru mulai dari pendahuluan,
pengembangan, penerapan, dan penutup.
5. Refleksi
Refleksi
adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan sepertiyang
telaha dicatat oleh observer. Refleksi berusaha memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang nyatadalam tindaka strategi.
Refleksi yang dilakukan adalah diskusi antara peneliti dan guru
matematika untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan
refleksi ini dilakukan setiap akhir pembelajaran matematika, tetapi
secara informal dapat dilakukan dialog untuk menangani masalah yang
muncul.
6. Evaluasi
Evaluasi
hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan, observasi,
dan refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan penelitian. Evaluasi
dilakukan sebagai upaya menentukan tingkat keberhasilan dan pencapaian
tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan dan bukti- bukti untuk
menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian yangtelah dilaksanakan.
7. Penyimpulan
Penyimpulan
merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir
dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna.
Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran matematika.
5. Metode Pengumpulan data
Penelitian
tindakan kelas dialukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data
primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima
tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Pengambilan
data dapat dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan,
dokumentasi, dan metode tes.
1. Observasi
Dalam
penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui adanya perubahan
tingkah laku tindakan belajar siswa yaitu peningkatan motivasi belajar
matematika melalui strategi pembelajaran kontekstual. Peneliti melakukan
observasi sesuai dengan pedoman observasi yang ditetapkan.
2. Catatan lapangan
Dalam hal
ini, catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian- kejadian
penting yang muncul pada saat proses pembelajaran matematika
berlangsung. Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan
pengamatan yang diilakukan oleh peneliti dan guru matematika.
3. Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan suatu metode untuk memperoleh/mengetahui sesuatu dengan
melihat buku-buku, arsip- arsip atau catatan yang berhubungan dengan
memperoleh data sekolah SMP Negeri 2 Kartasura dan identifikasi siswa
kelas VIII antara lain seperti nama siswa, banyak siswa, daftar nilai
dengan melihat dokumentasi yang ada dalam sekolah serta foto rekaman
proses penelitian di SMP Negeri 2 Kartasura.
6. Instrumen Penelitian
1. Pengembangan Instrumen
Berdasarkan
cara pelaksanaan dan tujuan, peneliti, menggunakan observasi partisipasi
peneliti. Observasi partisipasi peneliti yaitu peneliti ikut ambil
bagian kegiatan objeknya, sebagaimana yang lain tidak tampak dalam
sikap.
2. Validitas Isi Instrumen
Untuk
menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat
dalam penelitian, maka dipilih dan ditemukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang akan digunakan adalah teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong Lexy, 2008:
330). Penelitian ini menggunakan triangulasi penyidik yaitu dengan jalan
memanfaatkan peneliti atau pengamat untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan.
7. Teknik Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode alur.
Dimana langkah-langkahyang harus dilalui dalam metode alur meliputi
pengumpulan data, penyajian data, dan verifikasi data.
a. Proses Analisis Data
Proses
analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber. Setelah dikajii kemudian membuat rangkuman untuk setiap
pertemuan atau tindakan di kelas.Berdasarkan rangkuman yang dibuat
kemudian peneliti melaksanakan reduksi data yang kegiatan mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:
1) Memilih data atas dasar relevansi
2) Menyususn data dalam satuan- satuan jenis
3) Memfokuskan penyederhanaan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan.
b. Penyajian Data
Pada lengkah
penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
dapat menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara
variabel, peneliti mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
c. Verfikasi Data
Verifikasi
data atau penarikan kesimpulandilakukan secara bertahap untuk memperoleh
derajat kepercayaan tinggi. Dengan demikian, analisis data dalam
penelitian ini dilakukan sejak tindakan dilaksanakan. Verifikasi data
dilakukan pada setiap tindakan yang pada akhirnya dipadukan menjadii
kesimpulan.
8. Keabsahan data
Keabsahan
data menurut Sukmadinata (2005: 104) dapat dilkukan melalu observasi
secara terus- menerus, triangulasi sumber, metode, dan peneliti lain,
pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan pengecekan referensi.
Dalam penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan observasi secara
terus menerus dan triangulasi data.
Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahandata yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Dalam penelitian ini, keabsahan dilakukan dengan
triangulasi sumber, yaitu membandingkan data hasil pengamatan tes dengan
hasil observasi lain.
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Craft, Anna. 2003. Membangun kreatifitas Anak (Creativity Across the Primary Curriculum). Depok: Inisiasi Perss.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Juter, Kristina. 2005. “ Students’ Attitudes to Mathematics and Performance in Limits of Functions”, Mathematics Education Research Journal / Vol. 17 No. 2,91-110.
Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. (Contextual Teaching and Learning CTL)). Departemen Pendidikan nasional.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful H. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudrajat,Akhmad. 2008. “Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Model, Pembelajaran”. http://www.indonbiu.com/2008/09/12/model-pembelajaran/. Diakses tanggal tanggal 15 April 2011
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutama. Penelitian Tindakan Teori dan praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang: CV. Citra Mandiri Utama.
Uno. Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta: Bumi Aksara.
Widiastuti, Wiwik. 2006. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep bangun Datar Melalui Pendekatan Kontekstual. Surakarta: (Skripsi: FKIP UMS. Tidak Dipublikasikan).
No comments:
Post a Comment