Monday, November 20, 2017

Makalah Keterampilan Berbicara





Ayo Belajar...!!!

Sebelum kita masuk kepada pokok pembahasan,mari kita tenangkan dulu pikiran kita. Jaman sekarang bisa dikatakan jaman yang penuh dengan tantangan. Kenapa demikian???.... Bagaimana tidak, di zaman yang serba canggih...atau serba digital dan selalu dimanjakan. Banyak hal positif yang bisa didapatkan tetapi juga tidak lepas dari hal negatif. Positif dari digitaldiataranya mudahnya akses internet dan info dari manapun mudah didapatkan, contohnya saja materi pembelajaran. Terbalikdari haldemikian jugaada dampak negatif diantaranya informasi yang  menyesatkan, berbau pornografi dan sebagainya, jadi sebagai pengguna teknologi canggih haruslah bijaksana dalam pemanfaatannya.

Kemuadahan-kemuadahan yang bisa dirasakan bagi seorang pelajar adalah mudah menakses materi pembelajaran, sehingga pelajar tidak perlu kesana-kemari membawa buku yang tebal dan berat, tetapi merekabisa menggunakan alat digital dan internet. Namun untuk menjadi cerdas tentu harus tetap belajar dan memahami,artinya dari manapun sumber informasi yang di dapat harus dipelajari. Berikut contoh makalah yang berisikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang keterampilan membaca.



MAKALAH BAHASA INDONESIA
KETERAMPILAN MEMBACA”

Oleh
DARA THALIA SEPTIANINGRUM




SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMASI INTAN BARA HUSADA
KABUPATEN TANAH LAUT KECAMATAN PELAIHARI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
NOVEMBER 2017



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan masyarakat.Komunikasi pula tidak lepas dari kegatan berbicara, maka dari itu keterampila berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi. Maka salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang ketearampilan lainnya (Tarigan 1986:86).
Keterampilan berbahasa merupakan modal utama dalam komunikasi yang terdiri dari 4 aspek yaitu: menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal  memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan  setiap individu maupun kelompok.  Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara  mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik.Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan
interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

1.2  Rumusan Masalah
Dengan melihat yang ada dala latar maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
a)      Apakah yang dimaksud berbicara?
b)      Apa sajakah tujuan berbicara?
c)      Apa sajakah faktor penunjang kegiatan berbicara?
d)     Apa sajakah faktor penghambat kegiatan berbiara?

1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini adalah:
a)      Untuk mengetahui apa yang dimaksud berbicara
b)      Untuk mengetahui apa tujuan berbicara
c)      Untuk mengetahui apa faktor penunjang kegiatan berbicara
d)     Untuk mengetahui apa faktor penghambat kegiatan berbicara

1.4  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
a)      Untuk menyelesaikan tugas individu mata pelajaran Bahasa Indonesia
b)      Sebagai bahan ajar bagi para pembaca
c)      Sebagai bahan referensi
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode pustaka dan metode googling, dimana penulis mencari materi materi yang ada pada karya tulis ini dengan bantuan internet dan referensi beberapa buku Bahasa Indonesia yang ada di perpustakaan


 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak. Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan  akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan (Tarigan, 1983:14).
Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar  (audible) dan yang kelihatan  (visible)  yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud  dan tujuan gagasan atau ideide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

2.2  Tujuan Berbicara
Berbicara merupakan sarana kita berkomunikasi satu sama lain, sebelum menjelasakan tujuan berbicara alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu fungsi bahasa, fungsi bahasa yang kita tahu sangat banyak sekali, diantaranya:
a)      Bahasa sebagai sarana komunikasi, yaitu kita tahu bahwa bahasa merupakan sarana kita untuk melakukan komunikasi satu sama lain.
b)      Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi, yaitu dengan bahasa orang
dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan, misalnya pekerjaan, integritas kerja suatu instansi atau karyawan.
c)      Bahasa sebagai sarana kontrol sosial, yaitu bahasaberfungsi untuk
mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam omunikasi dapat saling memahami.
d)     Bahasa sebagai sarana memahami dri, yaitu bahasa dalam membangun
karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya sendiri.
e)      Bahasa sebagai sarana ekspresi diri, yaitu yaitu bahasa dapat digunakan
untuk mengekspresikan diri misalnya menyatakan cinta
f)       Bahasa sebagai sarana memahami orang lain, yaitu untuk menjamin
efektivitas komunkasi.
Dan masih banyak lagi fungsi bahasa bagi kita dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya bahasa yang memiliki fungsi yang banyak itu tak dapat lepas dari tujuan berbicara itu sendiri sebagai aplikasi dalam berbahasa, tujuan berbicara Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu :
1)      menghibur,
2)      menginformasikan,
3)      menstimulasi,
4)      meyakinkan, dan
5)      menggerakkan.

2.3  Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Faktor  penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi :
a)      Ketepatan ucapan,
b)      Penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
c)      Pilihan kata,
d)     Ketepatan penggunaan kalimat serta  tata bahasanya,
e)      Ketepatan sasaran pembicaraan.
f)       Sedangkan  faktor nonkebahasaan, meliputi
g)      Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
h)      Pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
i)        Kesediaan menghargai orang lain,
j)        Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
k)      Kenyaringan suara,
l)        Kelancaran,
m)    Relevansi, penalaran,
n)      Penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan  (linguitik)  dan non kebahasaan (nonlinguistik).

2.4  Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan  dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1)      Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal
dari luar partisipan.
2)      Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,
irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
3)      Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam
keadaan marah, menangis, dan sakit.

2.5  Jenis-jenis Berbicara
Pengklasifikasian berbicara beraneka ragam sesuai dengan landasan atau sudut pandang yang dipedomani. Ada beberapa landasan yang dapat dipedomani untuk mengklasifikasikan keterampilan berbicara, yakni :

1)   Situasi
2)   Tujuan
3)   Metode penyampaian
4)   Jumlah penyimak
5)   Peristiwa khusus
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal (resmi). Didalam situasi formal, pembicara di tuntut untuk berbicara secara formal. Sedangkan situasi informal menghendaki pembicara berbicara secara tak resmi.
Menurut Logan, dkk. (1972:116), kegiatan berbicara formal mencakupi
a)   Ceramah
b)   Perencanaan dan penilaian
c)   Interview
d)  Prosedur parlementer, dan
e)   Bercerita
Selanjutnya Logan, dkk (1972:108) membedakan kegiatan berbicara informal diatas
a)   Tukar pengalaman
b)   Percakapan
c)   Penyampaian berita
d)  Penyampaian pengumuman
e)   Bertelepon
f)    Pemberian petunjuk
2.6  Konsep Dasar Berbicara
   Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembil;an hal, sebagai berikut :Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resikvokal, maksudnya kedua    kegiatan ini berbeda tetapi berkaitan erat tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang, yang satu sebagai kegiatan berbicara dan yang lainnya merupakan kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi dan saling berganti. Pada satu saat pembicara beralih peran menjadi penyimak demikianpula ada kalnya penyimakberperan sebagai pembicara. Tidak ada artinya seorang pembicara tanpa pinyimak atau seorang penyimak tanpa pembicara.
a)   Berbicara adalah prosesindividu berkomunikasi, maksudnya berbicara digunakan  sebagai sarana mengontrol lingkungan
b)   Berbicara ekspresif yang kretif, artinya berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide, tetapi juga sebagai alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru atau memanifestasikan kepribadian seseorang
c)    Berbicara adalah tingkah laku, maksudnya berbicara mampu mencerminkan (merefleksikan) kepribadian seseorang berbicara dapat direkam kepribadiannya secar umum
d)  Berbicara di simulasi oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang berbicar dipenuhi oleh kualitas dan kuantitas pengalaman yang dimilikinya. Semakin kaya pengalaman seseorangbiasanya akan semakin baik pula keterampilan berbicaranya. Sebaliknya orang yan miskin pengetahuan dan pengalamn akan mengalami kesukaran berbicara.
e)   Berbicara untuk memperluas cakrawala, maksudnya selain untuk mengekspresikan ide, perasaan dan imajinasi, beribicara dapat pula digunakan untuk menambah pengetahuan dan menambah cakrawala pengalamna seseorang.
f)    Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, maksudnya lingkungan yang konduktif memberi peluang dan kesempatan pada anak untuk dilatih berbicara akan sangatmendukung keterampilan berbicara (kemampuan linguistik) anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif tidak memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk berlatih berbicara akan mengakibatkan anak menjadi pemalu, kaku dan kurang mampu mengekspresikan diri secara lisan.
g)   Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk mengidentifikasikan kepribadian sesorangdapat digunakan berbagai cara, satu diantaranya adalah berbicara. Kualitas setara, tinggi rendah, nada, dan kecepatan suara dapat di jadikan indikator keadaan emosional seseorang. Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian seseorang dapat di ketahui melalui cara bicaranya.
2.7  Kecemasan Berbicara
 Kecemasan berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang yang telah dipengaarui rasa cemas karena khawatir, takut dan gelisah. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Retorika Modern” mengatakan bahwa, banyak istilah digunakan untuk menamai gejala kecemasan berkomunikasi, yaitu demam panggung (stage fright), kecemasan berbiccara (speech anviety), atau yang lebih umum stress kerja (performance stress) (Rakhmat, 1994: 65).
  Kecemasan berbicara di depan umum berdasarkan beberapa penelitian banya dialami oleh mahasiswa, terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang datang ke sub unit layanan bimbingan konseling dengan keluhan kecemasan berbicara di depan umum (Salim. 2004). Tidak hanya terjadi di Indonesia, amerika bahkan menggolongkan kecemasan berbicara didepan umum sebagai kecemasan terbesar.Kecemasan ini menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek akademis. Penanganan kecemasan antara satu individu dengan individu lainnya dapat berbeda tergantung pada penilaian pribadi individu terhadap kemampuannya yang disebut self efficacy (Safarino). Self efficacy akan mempengaruhi cara individu yang  bereaksi terhadap situasi yang menekan (Bandura, 1997). Yang menjadi rumusan  masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat self efficacy, kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa PAI dan adakah hubungan self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa PAI. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat self efficacy, kecemasan berbicara di depan umum dan ada  tidaknya hubungan antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa PAI.
          Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan self efficacy sebagai variable bebasa dan kecemasan berbicara sebagai variable terikat. Teknik korelasi Product Moment digunakan untuk menguji hubungan negatif anatar tingkat self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum. Kemudian mengkategorisasikan tingkat self efficacy dan kecemasan berbicara di depan umum dengan menentukan mean dan standart deviasi telebih dahulu, kemudian dilakukan analisis prosentase. Subyek penelitian adalah mahasiswa PAI angkatan 2008-2010 UIN MMI Malang yang  berjumlah 804, dan diambil sampel sebesar 10% yaitu 80 mahasiswa dengan menggunakan tekknik sampel bertujuan penelitian ini menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu skala self efficacy dan skala kecemasan berbicara di depan umum yang disusun sendiri oleh peneliti dalam bentuk skala likert yang berjumlah 30 aitem berdasarkan aspek-aspek self efficacy bandura dan komponen kecemasan berbicara di depan umum yang berjumlah 30 aitem pula didasarkan pada teori Atkinson dkk. Hasil penelitian menunujukkan sejumlah 55% atau 44 mahasiswa memiliki self efficacy pada kategori tinggi, 45% atau 36 sedang dan 0% rendah. Kemudian terdapat 55% atau 44 mahasiswa memiliki kecemasan berbicara kategori sedang, 36, 25% atau 29 tinggi dan 8, 75% atau 7 kategori rendah. Berdasarkan hasil analisa Product Moment ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum dengan r = -.610 p=.000, artinya semakin tinggi tingkat self efficacy mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umum, dan sebaliknya semakin rendah self efficacy mahasiswa maka makin tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
 Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.
·         Tujuan berbicara dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
1)      menghibur,
2)      menginformasikan,
3)      menstimulasi,
4)      meyakinkan, dan
5)      menggerakkan.

3.2     Saran
Dalam kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara sangat penting dalam berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa dalam berbicara kita dapat kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan baik.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



DAFTAR PUSTAKA

Haryadi. 1997.  Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP Yogyakarta.

Haryadi dan Zamzani.1996/1997Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Muchlisoh, dkk.1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3 Modul 1-9. Jakarta:Depdikbud.

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago.1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta:Depdikbud..