Wednesday, November 8, 2017

Membaca Cepat

Membaca cepat bukan membaca     dengan cepat tanpa  ada yang terserap dari isi bacaan karena tujuan membaca adalah memahami isi bacaan yang dibaca. Yang dimaksud membaca cepat pemahaman adalah membaca dengan waktu yang lebih cepat dari membaca        normal namun tetap dapat    memahami isi bacaan sekurang-kurangnya 60 persen. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan mengubah pola membaca yang salah yang     sudah menjadi kebiasaan   dengan sistem membaca yang baru. Cara  lama yang harus dihilangkan itu meliputi hal-hal berikut.
1.    membaca     dengan           menunjukkan           jari      pada   bacaan.
2.    membaca     dengan           menggerakkan          kepala            mengikuti      baris bacaan.
3.    membaca dengan melihat            kembali ke bacaan sebelumnya/regresi.
4.    membaca dengan menggerakkan bibir.
5.    membaca dengan melafazkan     dalam batin atau pikiran kata-kata yang dibaca atau          subvokalisasi.          
Semua   cara lama tersebut menjadi            penghambat  membaca dalam waktu yang cepat. Untuk melatih kecepatan membaca, Anda dapat melakukan  pengukuran waktu lamanya membaca.            Sebelumnya, Anda menentukan   target  lamanya membaca untuk panjangnya bacaan atau jumlah kata   dalam bacaan. Walaupun ukuran kecepatan yang ideal setiap orang bergantung pada jenis bacaan dan tujuan membaca, tapi untuk tahap awal, Anda  dapat  mengambil ukuran membaca cepat pemula, yaitu membaca dengan kecepatan 120–150 kpm (kata per menit). Caranya seperti brikut.
1.    Carilah bacaan ringan yang   banyaknya lebih kurang 300 kata. Atau jika bacaan panjang hitunglah setiap kata dalam bacaan hingga jumlah 300 kata (Lihat cara perhitungannya dalam penjelasan selanjutnya).
2.    Sebelum membaca, catatlah dulu waktu mulai setepat-tepatnya.
3.    Selesai  membaca, catatlah waktunya.
4.    Hitung  berapa menit dan detik lamanya membaca.
5.    Jika belum sampai target, ulangilah kembali dari awal pada bacaan yang lain.
6.    Setelah  mencapai target waktu, cobalah menguraikan kembali hal yang sudah dibaca   dengan bahasa sendiri untuk mengukur tingkat ingatan dan pemahaman.

Rumusmengukur kecepatan membaca dengan ukuran satuan kata per menit (kpm).

Untuk menghitung  jumlah kata dalam bacaan yang dibaca, hitung jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang dibaca dan kalikan dengan jumlah rata-rata tadi, hasilnya merupakan jumlah kata yang     dibaca. Misalnya:
Jumlahkata per lima baris  50 kata:5. Jadi jumlah per baris 10 kata Jumlah baris dalam bacaan yang  dibaca 30.
Maka, jumlah  kata yang   dibaca adalah30 X 10  =  300 kata

Penanda Uraian Proses dan Hasil

Memahami Penanda Uraian Proses dan Hasil

Dalam karangan berbentuk eksposisi, sering ditemui uraian cara atau proses yang diakhiri dengan hasil yang didapatkan. Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan.
Secara gramatikal, uraian proses ditandai oleh penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata dasar verba.
Contoh penanda  proses:
-             Pengevakuasian korban gempa di Kepulauan Nias berlangsung dua hari.
        Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba)  ---- proses mengevakuasi
-             Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Manggarai merupakan kebijakan  Lurah yang     baru.
 Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) -------  proses memutihkan/ membuat secara kolektif
-             Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
 Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina)  proses memupuk/ memberi pupuk.
Contoh penanda hasil:
-             Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah pematang sawah.
            Rampokan = rampok (verba)  + -an            hasil merampok
-             Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima  juta rupiah.
            Lukisan = lukis (verba) + -an                       hasil melukis
-             Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Bekasi dimenangkan oleh pasangan Saadudin dan Ramli.
            Pantauan = pantau (verba) + -an      hasil memantau

Ragam Bahasa Lisan dan Tulisan

Ragam Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur bahasa dan sarana atau media yang digunakan.
1. Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
a.         Latar belakang daerah penutur. Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di mana menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung, Bogor menjadi mBogor.
b.         Latar belakang pendidikan penutur. Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
c.          Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur. Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan.
Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerah atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnya memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.
Contoh:
1.         Kalau soal itu, saya nggak tau persis. (informal/semiformal)
2.         Emangnya kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3.         Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4.         Emangnya situ nggak ngantor, Mas. (nonformal)
d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan yang dibicarakan di lingkungan kelompok penutur. Banyak persoalan yang dapat menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat membicarakan topik tertentu, seseorang akan menggunakan kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan topik pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan untuk membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang lainnya, misalnya pembicaraan yang berhubungan dengan agama tentu menggunakan istilah yang berhubungan dengan agama, begitu pula dengan bidang lainnya, misalnya bidang hukum, kedokteran, dan ekonomi. Masing-masing memiliki ciri khas kata atau ragam bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan ungkapan atau gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras bahasa.
        Di bawah ini, beberapa contoh ragam  yang merupakan laras bahasa
            Wacana tentang teknologi komunikasi:
 Banyak situs internet baik di luar maupun di dalam negeri yang menyediakan fasilitas ruang obrolan (chatting room) ini. Salah satu yang cukup populer di Indonesia adalah milik detik.com. Agar percakapan aman dari umum, chatter dapat membuat web pribadi. Pembuatannya dapat gratis melalui fasilitas NBCi.com.
            Wacana yang berhubungan dengan persoalan kesehatan:
 Penyakit chikungunya diakibatkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini membuat penderita mengalami demam tinggi selama lima hari. Setelah mengalami masa inkubasi selama tiga hari hingga dua belas hari, penderita akan jatuh sakit. Selain demam, penderita juga akan mengalami rasa ngilu pada otot, mual hingga muntah.
            Wacana surat kabar:
 Lima siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Taruna, Purwakarta, tewas akibat truk yang mereka tumpangi terguling di kawasan Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (9/5) sekitar pukul 13.30. Para siswa tersebut menumpang truk usai berekreasi ke Waduk Cirata setelah merampungkan ujian.
     Wacana bergaya sastra:
 Grace mengambil payung dari bawah jok tempat duduk dan beranjak keluar. Dari arah lapangan, murid-murid dengan baju olahraga enggan berteduh. Pakaian mereka sudah sangat kuyup, tetapi semangat mereka untuk bermain basket masih menyala dalam hujan. Beberapa anak yang tidak bermain bersorak–sorai dan bertepuk tangan sembari menyipratkan air yang berkubang di tanah dengan kaki mereka.
2. Berdasarkan sarana atau media yang digunakan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam lisan dan tulisan.
Perbedaan ragam lisan dan tulisan:


Ragam lisan
Ragam tulisan
1.
2.
3.
4.
Menghendaki adanya
teman/mitra bicara.       
Unsur gramatikal seperti subjek, predikat, objek tidak   tampak.          Yang            tampak           adalah gerakan, mimik, dan ekspresi.                        
Terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.                  
Makna dipengaruhi oleh tekanan atau nada suara.
1.         Tidak harus ada teman bicara di hadapan
2.         Fungsi gramatikal    dinyatakan  secara eksplisit.
3.         Tidak terikat situasi, ruang, dan waktu.
4.         Makna ditentukan oleh pemakaian tanda baca.